HorasSumutNews.com - Berita Terkini Terbaru Hari Ini - Lokalisasi Dolly dan Jarak yang pernah menjadi pusat bisnis mesum terbesar se-Asia Tenggara kini berubah wajah.
Selain pemberdayaan mantan mucikari dan Pekerja Seks Komersil (PSK), eks-lokalisasi di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya ini akan disulap menjadi kampung batik.
Menjadikan Dolly dan Jarak sebagai kampung batik, merupakan impian Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Kampung Dolly kini yang memiliki banyak gang ini, akhirnya mulai diubah menjadi gang batik.
Bukan tanpa alasan gang yang dulunya dijadikan sebagai transaksi prostitusi, kini berubah menjadi sebuah gang yang penuh dengan geliat membatik.
"Baru ada tiga gang yang menekuni batik. Tapi sudah mulai banyak yang mengajukan untuk diberikan pelatihan membatik di beberapa gang di Dolly," kata Camat Sawahan M Yunus, Sabtu (24/9/2016).
Berawal dari gang-gang inilah Yunus ingin mengembangkan kampung batik menjadi lebih besar.
Pemberdayaan terhadap mantan mucikari dan eks-PSK, diharapkan bisa lebih maju dan tak kembali lagi kepada bisnis haram itu.
"Kemarin waktu ada acara Colombo plan, gang yang sebelumnya tidak mau dijadikan gang batik. Justru sekarang meminta untuk diberikan pelatihan membatik. Mereka tahu, kalau hasil dari membatik yang besar, jadinya mereka meminta sekarang. Dan sekarang saya sedang siapkan semuanya untuk gang batik selanjutnya," jelas Yunus.
Yunus memang enggan menyebut Dolly sebagai kampung batik, ia lebih menyukai menjuluki Dolly sebagai gang batik.
Menurutnya, menjadikan Dolly sebagai kampung batik harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Pasalnya, tidak jarang mantan mucikari atau warga sekitar hanya mengikuti kursus di awal dan enggan meneruskannya.
"Menyatukan banyak karakter itu kan susah, jadi sekeras apapun mereka untuk dipaksa pelatihan tapi kalau tidak mau, ya bakal tidak mau. Tapi, kalau begini kan enak, mereka sendiri yang meminta. Kami akan fasilitasi mereka namun tetap dengan syarat, kalau mereka sungguh-sungguh mau berubah," tegas Yunus.
Sunarti seorang mantan mucikari yang tinggal di Putat menuturkan, adanya pembekalan membatik dapat menyambung hidupnya pasca wisma nya ditutup oleh Pemkot Surabaya.
Belajar bersama warga dan mantan mucikari lainnya di Gang Putat 8B inilah, perempuan 53 tahun memukai karir bisnis usaha membatiknya.
"Dulu ditawari mau ikut pelatihan apa, saya bingung. Semua saya coba, mulai memasak, menjahit, membatik. Dan alhamdulillah cocok di batik, makanya saya teruskan sampai sekarang," katanya kepada Surya.
Sunarti juga menyambut baik cita-cita Yunus, yang ingin menjadikan Gang Dolly sebagai kampung batik. Dengan begitu, semua warga akan memperoleh pekerjaan dari membatik dan memperoleh penghasilan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
"Saya sangat setuju kalau semua diajari membatik seperti ini, karena memang keuntungan dari mbatik besar. Contohnya waktu pameran, kami selalu diajak pak camat buat unjuk kebolehan, dan saya senang sekali," tandasnya.(Surya)