Jakarta, infobreakingnews – Harga sembako terus meningkat, mencari uang terasa semakin susah, bahkan harga cabai rawit yang tak pernah dirasakan mahal, kini justru meroket melebihi harga daging sapi, karena hari ini selama hampir sebulan ini harga cabai sudah mencapai Rp 140 ribu sekilo, tapi kok tetap saja sekelompok orang masih hobby demo masal seharian turun dijalan meneriakan kebencian kesumat kepada Ahok yang sudah membantu masyarakat miskin bisa bersekolah hingga kuliah dengan sangat mudah bahkan tanpa bayar.
Zamannya edan, dimana masa yang paling jahat telah datang, sehingga sejuta kebaikan bisa sirna hanya karena salahnya lidah bercoleteh. Hati manusai dirasuk kebencian yang dengki, seakan tak rela jika melihat manusia hidup rukun dan saling menghormati seperti dizaman para leluhur dahulu kala.
Hebatnya malahan kini di gedung Senayan, tempatnya para wakil rakyat tengah ribut memecah pendapat masalah Ahok yang baru diaktipkan kembali sebagai Gubernur DKI.
Akibatnya Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nasir mendukung langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pandangan resmi Mahkamah Agung (MA) terkait status Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok.
Langkah itu ditempuh Presiden Jokowi untuk mengakhiri polemik mengenai status aktif atau di-nonaktif-kannya Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Saya pikir, itu langkah yang cukup elegan di tengah banyak tafsir tentang aktif dan nonaktif. Langkah terbaik adalah meminta fatwa MA," kata Haedar usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/2).
Di sisi lain, lanjutnya, Muhammadiyah mengharapkan prinsip-prinsip hukum ditegakkan secara tegas. Sebab, katanya, kondisi serupa juga terjadi di Provinsi Gorontalo.
"Kalau hukum dan UU-nya harus nonaktif, ya nonaktif. Nah, masalahnya kalau ada perbedaan, harus ada otoritas yang menafsirkan itu," katanya.
Namun Haedar pun bisa memahami betapa situasi dizaman ini sulitnya sebuah kebaikan mampu menyatuhkan hati manusia, karena semakin banyak orang yang garang dan maunya menang sendiri dan suka berkelahi. *** Candra Wibawanti.