SJO PURWAKARTA. Apoteker itu adalah suatu profesi di bidang kesehatan, di mana salah satu tugasnya mengembangkan herbal. Ada pun herbal berasal dari kata herb sehingga sama saja artinya dengan jamu.
Hal tersebut diungkapkan salah seorang narasumber pada Seminar Nasional Farmasi bertajuk Herbal Indonesia untuk Kesehatan, Prof Dr Sidik G B Emiritus yang berlangsung di Hotel Harper By Aston Purwakarta, Sabtu (8/4).
Dalam seminar yang digelar Pengurus Cabang (PC) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kabupaten Purwakarta, Guru Besar Universitas Padjadjaran tersebut menyebutkan, pemerintah Indonesia sejak 2008 lalu sudah menganjurkan untuk mengembangkan herbal.
"Termasuk kepada para dokter juga sudah dilatih untuk memanfaatkan herbal, yaitu melalui pelatihan selama 52 jam," ujar Prof Sidik yang juga pemegang hak paten Kiranti.
Prof Sidik menyebutkan, herbal berbeda dengan obat konvensional.
"Herbal terdiri atas berbagai senyawa kimia hasil fotosinstesis. Berbeda dengan obat sintetis yang cara kerjanya langsung ke tempat penyakit, herbal bekerja secara holistik. Di mana senyawa yang tidak bermanafaat akan dieliminasi sedangkan yang bermanfaat akan terus ditingkatkan," ujarnya.
"Saat ini herbal semakin mendunia, karena itu IAI harus sejalan, berpikiran global tak hanya untuk Indonesia saja. Apalagi saat ini sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," kata dia.
Prof Sidik juga berpesan kepada seluruh apoteker yang hadir harus ada suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Terutama produk yang berasal dari tumbuh-tumbuhan lokal, misalnya tumbuhan yang ada di Purwakarta, ujarnya.
Sementara itu, Ketua PC IAI Purwakarta Muhammad Iqbal Tawakal S.Farm Apt mengatakan, seminar herbal ini bertujuan menambah pengetahuan para apoteker, termasuk memfasilitasi satuan kredit poin para apoteker.
"Perkembangan apoteker di Purwakarta bisa dikatakan baik bila melihat dari jumlah sarana kefarmasian yang cukup memadai, khususnya jumlah apotek. Memang dari jumlah klinik masih kurang, namun itu sudah baik," kata Iqbal.
Dirinya juga mengapresiasi banyaknya pujian dari berbagai daerah bila IAI Purwakarta yang paling hidup roda organisasinya bila dilihat dari berbagai kegiatan yang dijalankannya.
"Alhamdulillah dari kegiatan kita yang terbaik se-Jawa Barat," ujarnya.
Iqbal juga menyebutkan, dengan berlakunya Permenkes No. 31 Tahun 2016 sejak Agustus 2016 lalu, maka apoteker boleh memegang di tiga tempat.
"Ini memberikan kesempatan bagi apoteker untuk mengisi kekosongan di sarana kefarmasian," kata Iqbal.
Hal senada disampaikan Ketua Panitia Seminar Lina Arliani Mardiana S.Si Apt. Dirinya menyebutkan dari 360 peserta yang mendaftar, hadir sebanyak 290 peserta yang merupakan apoteker dari sejumlah daerah di Purwakarta, Subang dan Karawang.
"Tujuan dari seminar ini adalah merupakan amanat rapat kerja IAI di bawah kepemimpinan ketua di periode keduanya. Seminar ini juga untuk mengajarkan atau melatih apoteker cara berorganisasi," kata Lina.
Ada pun tema herbal, sambung dia, karena saat ini zamannya kembali ke alam (back to nature).
"Jadi kita berharap informasi herbal yang valid langsung dari narasumber yang terpercaya," ujarnya.
Perlu diketahui juga, hampir 90 persen herbal Asia itu ada di Indonesia.
"Outputnya pengetahuan herbal para apoteker dapat meningkat sehingga bisa mengedukasi masyarakat cara pemakaian herbal yang baik dan benar. Juga dari mulai keilmuan, pengelolaan, hingga menjadi produk bisa dipraktikkan," pungkasnya. (DeR)