PURWAKARTA. Poster bernada protes terkait proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) terpampang jelas di pintu gerbang SMAN 1 Jatiluhur (SMANJA), Selasa (18/7) pagi.
Poster tersebut berisikan protes warga yang anaknya tidak diterima di SMANJA. Tak lama berselang, entah siapa yang menghubungi, datang dari pihak kepolisian dan menertibkan poster-poster tersebut.
Beberapa hari sebelumnya, nada protes serupa juga pernah dituliskan warga di atas sebuah karton yang diletakkan di tengah jalan masuk ke SMANJA.
Dimintai tanggapannya terkait hal tersebut, Kepala Sekolah SMANJA dra Hj Popong ST Ratnasari MM membenarkan poster tersebut dibuat beberapa warga sekitar SMANJA yang anaknya tidak diterima di sekolahnya.
"Saya harus terangkan dengan rinci. Pertama, proses PPDB tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di mana tahun ini untuk PPDB SMA/SMK harus melalui sistem PPDB se-Provinsi Jabar. Saya dan seluruh kepala sekolah lainnya diberitahu oleh provinsi ini lho sistemnya, ini lho aplikasinya," ujarnya kepada sejumlah wartawan, Selasa (18/7).
Para kepala sekolah juga, sambung Popong, sudah dikumpulkan di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta terkait sosialisai PPDB Online 2017 ini.
"Dari situ kami sudah meneruskan info yang kami dapat, yakni dengan menyosialisasilakannya ke berbagai pihak, termasuk kepada komite sekolah," kata Popong.
Kemudian pada pelaksanaannya, kata dia, tercatat ada 639 pendaftar di mana jumlah siswa yang diterima melalui jalur akademik sebanyak 266 siswa sedangkan nonakademik ada 22 siswa.
"Total ada 288 siswa yang diterima di SMANJA sesuai dengan jumlah kelas yang hanya ada 8 kelas," ujarnya.
Terkait jalur nonakademik atau afirmasi, kata Popong, terbagi menjadi siswa berprestasi, siswa RMP (rawan melanjutkan pendidikan), dan siswa MoU.
"Jalur afirmasi ini yang diprotes oleh warga. Padahal sejak awal kami sudah sosialisasi, namun yang menempuh jalur ini hanya sedikit," kata dia.
Sehingga pada saat pengumuman PPDB dirilis, kata dia, dan ternyata nilainya kurang, orangtua baru mengusahakan jalur afirmasi.
"Namun semua data, hasil, diterima atau tidak, itu sudah masuk di sistem provinsi. Bukan sekolah yang menentukan. Sekolah hanya membantu pada saat siswa mendaftar secara online saja," ujarnya.
Dirinya juga menyayangkan, ada orangtua siswa yang membatalkan atau mengambil kembali berkas anaknya, padahal si anak sudah diterima di sekolah pilihan kedua.
"Calon siswa yang daftar pilihan pertamanya ke SMANJA maka pilihan keduanya adalah SMAN 1 Babakancikao, melihat dari jarak sekolah terdekat," katanya.
Sayangnya, siswa yang sudah jelas-jelas diterima di SMAN 1 Babakancikao malah berkasnya diambil oleh orangtuanya.
"Kepala Sekolah SMAN 1 Babakancikao bahkan sampai menelepon saya mengonfirmasi hal tersebut. Katanya ada anggapan siswa yang berkasnya diambil karena sudah diterima di SMANJA. Padahal tidak seperti itu," ujarnya.
Terkait protes warga, Popong juga sudah menghubungi berbagai pihak, mulai dari Camat Jatiluhur (diterima oleh Sekcam, red), hingga Lurah Bunder.
"Saya beri penjelasan langsung terkait sistem PPDB online oleh provinsi," kata dia.
Disinggung terkait pencopotan poster protes warga yang sebelumnya terpasang di tengah akses jalan ke SMANJA, Popong mengatakan pihak kepolisian sudah mencabutnya.
"Bukan pihak sekolah yang mencopot, tapi dari kepolisian. Dan bukan kami yang menghubungi polisi, setahu saya polisi datang dan langsung mencopotnya," ucapnya.(Deni)