![]() |
Suasana di Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya yang jadi salah satu lokasi peledakan bom bunuh diri Minggu (13/5/2018) lalu |
Surabaya, Infobreakingnews – Sebagian besar warga Kelurahan Tembokgede, Surabaya menolak secara keras jika pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya akan dimakamkan di TPU Tembokgede.
Warga menolak lantaran mereka menganggap sang almarhum sudah mencoreng nama baik Arek Suroboyo dan juga citra Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Almarhum juga secara keji menewaskan banyak korban yang tidak berdosa serta membuat resah warga Surabaya.
Penolakan juga dilakukan oleh keluarga besar salah satu pelaku lainnya, yakni Puji Kuswati istri bomber Dita Oepiarto. Warga desa setempat di Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi menolak keras jika teroris perempuan yang tega mengajak dua anak perempuan (dan dua anak lelakinya) melakukan aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Surabaya, Minggu (13/5/2018) pagi lalu, dimakamkan di tempat kelahirannya.
Orangtua Puji Kuswati, pasangan suami-istri H Kusni yang merupakan pensiunan TNI AL dan Minarti Infiah, pensiunan guru SD belum bersedia menerima jenazah almarhumah karena merasa malu punya anak teroris. Puji adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Sejak kecil, Puji tinggal bersama pamannya.
"Kami keluarga besar warga Tembokgede menolak pemakaman jenazah pelaku teror itu di pemakaman Tembokgede. Mereka sudah mencederai kebersamaan warga Surabaya yang sejak era perjuangan kemerdekaan dulu bahu-membahu, bersatu membangun NKRI," ucap M Fauzi (58), salah seorang tokoh warga Tembokgede, Surabaya yang dikonfirmasi, Selasa (15/5/2018) tadi pagi.
Ia mengaku sudah berembuk dengan ratusan warga Tembokgede dan meminta Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk tidak mengizinkan Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya memberikan rekomendasi izin pemakaman teroris beserta keluarganya di TPU Tembokgede.
Namun, petugas DKRTH Surabaya yang dikonfirmasi terpisah menyatakan siap melaksanakan perintah pimpinan jika ada izin memakamkan jenazah keluarga teroris di TPU Tembokgede, Surabaya.
"Sampai hari ini belum ada surat apa pun, baik dari Kepolisian maupun dari UPTD DKRTH Surabaya," ujar Gede Prasetyono, pengurus makam Tembokgede Surabaya.
Selain TPU Tembokgede ada satu lagi TPU besar di Kota Buaya itu, yakni TPU Kembang Kuning Surabaya.
Sementara itu, Kapolres Banyuwangi AKBP Donny Adityawarman dalam keterangannya tadi pagi menegaskan bahwa keluarga besar orangtua dan kerabat Puji Kuswati di Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar sama sekali tak terlibat jaringan teroris.
"Sampai hari ini keluarga besarnya tidak terkait aksi terorisme. Puji sejak kecil (berusia 20 bulan) tinggal bersama pamannya di Magetan. Kemudian ketika dewasa menikah dengan Dita Oepriarto lalu tinggal menetap di Surabaya," ungkapnya.
Sedangkan mobil Toyota Avanza (BPKB) milik H Kusni, merupakan mobil ketiga yang sengaja diberikan kepada Puji karena ketika bertandang ke Muncar, Banyuwangi, mobil pemberian pertama dan kedua disebutkan sudah dijual untuk menambah kebutuhan hidup sehari-hari di Surabaya.
"Sejak tahun 2012 yang lalu, Puji ber-KTP Surabaya," ujar Kapolres.
Menurut keterangan Rusiyono yang juga anggota keluarga H Kusni di Muncar, keluarga besar tidak setuju Puji menikah dengan Dita Oepriarto. Pasangan suami-istri itu hanya sesekali datang ke Muncar untuk menghadiri hajatan dan saat pulang selalu berhasil meminta mobil kepada H Kusni yang kondisi sosial ekonominya cukup berhasil.
"Ayah-ibu kandungnya memang merasa kasihan dengan Puji karena usaha suaminya selalu menemui kegagalan. Rumah Puji di Surabaya juga hasil merayu H Kusni, sehingga orangtuanya iba dan membelikannya rumah seharga Rp 650 juta," katanya.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa sikap Puji pun berubah drastis setelah resmi menikah. Padahal sebelumnya ia berperilaku biasa-biasa saja saat masih tinggal di rumah pakde dan bukdenya di Magetan.
Kabarnya, rumah keluarga teroris itu juga akan dijual.
"Ayahnya sudah tiga kali memberikan mobil karena merasa kasihan dengan dia. Makanya, mobil yang ketiga itu BPKB-nya sengaja tidak diberikan karena khawatir dijual lagi," ujar Rusiyono.
H Kusni, lanjutnya, merasa sangat terpukul, karena tidak menyangka anaknya menjadi kaki tangan teroris. Bagi ayahnya, NKRI adalah harga mati. Ibunya juga setia kepada Pancasila, tetapi tak menyangka anak perempuannya yang dibesarkan paman-bibinya justru terlibat terorisme.
"Kami atas nama keluarga besar di Muncar belum bersedia menerima jenazah, apalagi memakamkan keenam pelaku bom bunuh diri (Dita Oepriarto sekeluarga) itu di TPU Muncar," tegasnya.
Alasan lain penolakan jenazah teroris itu adalah keluarga dari Puji sebelumnya sudah berbeda prinsip dan pandangan mengenai aliran yang dianut Puji akibat terpengaruh suaminya yang drop out dari bangku kuliah di Fakultas Ekonomi Unversitas Airlangga Surabaya.
Sementara itu, Kepala Desa Tembokrejo, Sumarto mengatakan pihaknya sudah menerima keberatan H Kusni beserta keluarga mengenai jenazah Puji beserta anak-anaknya yang berstatus sebagai pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Surabaya untuk dimakamkan di daerah itu.
Namun, apabila pemerintah menunjuk TPU Tembokrejo, Muncar, sebagai lokasi pemakaman jenazah para teroris, dirinya akan berupaya memberikan pengertian kepada warga agar bisa menerima keputusan tersebut. ***Dani Setiawan