Netral Dalam Berfikir

Jum'at 16 Juni 2017



KAJIAN ONLINE RAMADHAN, Dalam segala tindakan, kita ditekankan untuk senantiasa bersikap bijaksana dalam segala hal. Salah satu indikator dari sikap bijaksana adalah tidak memihak antara satu golongan dengan golongan yang lain, bersikap netral, dan berusaha untuk melihat dengan timbangan yang sama. Namun, kadangkala ada juga seseorang yang keluar dari jalur kebijaksanaan, tapi ia seolah-olah mereka bersikap bijaksana.

Saat ditempatkan pada suatu perkara, dimana kita diberikan mandat untuk menyelesaikan permasalahan, problematika yang dimiliki oleh pihak-pihak terkait. Maka secara tidak langsung kita memiliki tanggung jawab supaya memposisikan diri kita dengan posisi yang pas pada tempatnya. Kita harus memandang dari segala arah baik kanan, kiri, depan, belakang, atas, bawah, dan dari titik tengah itu sendiri. Selain itu, juga harus memandang dengan sudut pandang yang berbeda entah itu dari pihak pertama, pihak kedua, dan pihak-pihak lain yang masuk alur permasalahan. Bukan hanya itu, kita juga harus berusaha untuk mendengarkan bagi mereka yang pro, dan mereka yang kontra, sekali pun ada pihak yang seolah-olah mengutarakan jalan tengah, tapi ia lebih condong ke salah satu pihak.

[Belajar kepada Al-Hakim]
Untuk menjadi seorang yang bijaksana, sepatutnya kita berusaha terlebih dahulu belajar kebijakan dari Yang Maha Bijaksana, Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Salah satu contoh yaitu pelajaran dari Nabi Kidzir kepada Nabi Musa. Kita memandang bahwa saat seorang anak dibunuh, Allah bersikap tak adil. Kita memandang bahwa saat rumah itu dibakar, Allah bersikap tak bijaksana. Kita memandang bahwa saat perahu dilobangi, Allah tak sekali menaruh rasa kasihan. Padahal disitulah letak kebijaksanaannya.

[Keadilan Versi Manusia]
Pernahkah temen-temen melihat logo pengadilan? Ya, logo itu berupa timbangan yang sama rata dan jika diluruskan dengan garis horizontal maka tidak ada ketimpangan baik antara beban yang kiri, maupun kanan. Dari sini kita sudah bisa memberikan penafsiran bagaimana keadilan versi manusia atau berdasarkan dari diri kita sendiri.

Keadilan versi manusia menunjukkan kesamaan. Sama takarannya, sama beratnya, sama bentuknya, pokoknya serba sama. Manusia beranggapan bahwa jika harta warisan dimiliki laki-laki jumlahnya 2x lipat lebih banyak dari harta warisan perempuan, itu disebut tidak adil. Padahal yang menentukan hal itu adalah Yang Maha Adil. Kenapa bisa beranggapan demikian?

Manusia atau tak lain adalah diri kita sendiri selalu berusaha untuk melihat dengan pandangan yang sama. Padahal coba dilihat, apakah mata kanan dan kiri kita sama? Apakah telinga kanan dan kiri kita sama? Apakah kaki kanan dan kiri kita sama? apakah tangan kanan dan kiri kita sama? Bahkan bagian otak kanan dan kiri pun tak sama. Organ penting antara bagian tubuh yang bagian kanan dan kiri pun juga tak sama. Hal ini menunjukkan bahwa keadilan itu bukanlah menyamaratakan suatu perkara..

[Memihak Yang Haq dan Menentang Yang Bathil]
Kadang orang dikatakan bijaksana ketika ia mampu memberikan timbangan yang sama, takaran yang sama, dengan berat dan volume yang sama. Masyarakat menganggap itulah yang disebut dengan orang yang adil, orang yang netral, arif, serta bijaksana. Padahal esensi netral dalam pandangan Islam bukanlah demikian adanya.

Dalam hidup ini, Islam memberikan tuntunan kepada kita untuk senantiasa berada di jalan yang sudah Allah tunjukkan melalui Kitab-Nya dan juga petunjuk Rasul-Nya. Namun perlu diingat bahwa, Islam adalah agama yang 100% Haq dan adapun ada kebathilan itu adalah ulah para umat yang tidak mengerti betul tentang Islam. Islam telah memberikan tuntunan dengan banyak kisah orang-orang sebelum kita, supaya menjadi pelajaran dan tak terulang kesalahan yang sama.

Saat ditempatkan dalam suatu perkara, Islam memberikan porsi yang lebih kepada mereka yang Haq atau berkata jujur dan sebenarnya-benarnya. Sedangkan bagi mereka yang berkata bohong, khianat, terlebih dusta, point mereka pun akan terkurangi atau bahkan justru ahzab yang akan diperoleh. Ingatlah bahwa sebelum terjadi perkara, semua bisa dilihat dengan kasat mata dan kita dapat merasakan aura negatif atau positif dari pihak-pihak yang berploblem. Ya tentu mereka yang dapat merasakannya adalah yang selalu mendekatkan diri kepada Allah sehingga Allah bukakan mata hatinya untuk melihat sesuatu yang tak mesti dilihat oleh orang biasa.

Ketika sudah demikian, maka kita langsung memberikan perhitungan tindakan netral kita berdasarkan petunjuk Allah, bukan berdasarkan logika manusia. Karena mereka yang biasanya dianggap bijaksana, netral, padahal mereka tak demikian melainkan bersikap acuh tak acuh terhadap kedua belah pihak. Sehingga tidak mau tau, dan diberi pandangan sama, porsi yang sama. Tentu ini bukan merupakan keadilan yang diajarkan oleh Islam.

Islam mengajarkan keadilan dengan senantiasa memihak kepada yang haq dan menentang yang bathil. Jika sudah tahu buktinya mana yang haq dan mana yang bathil, kenapa harus selalu membela mereka yang bathil? Jika sudah ada hasilnya bagi mereka yang haq, dan bukti kegagalan dari yang bathil, kenapa harus memberikan ketoleran kepada yang bathil? Bukankah jika kita selalu demikian justru kita akan selalu dibodohi, ditindas, dan dipermainkan, sedangkan kita hanya bertindak 'sabar' dalam artian pasrah. Itu bukan sifat seorang Muslim yang baik.


[Reload Hati Kita di Bulan Ramadhan]
Di bulan Ramadhan ini, semoga menjadikan kita untuk terus berupaya merefleksi diri, menekan tombol reload di hati kita, agar jernih kembali, dan kelak ketika berada di hari yang fitri, kita tak akan mengulangi kesalahan yang sama, dan di dalam browser hati kita selalu search atau mencari hal-hal yang baik, sesuatu yang haq, dan selalu menekan tombol blokir saat ada kebathilan dalam diri kita, saat kita menemukan syahwat dan nafsu yang berusaha menjerumuskan kita untuk meletakkan link addres 'sesat' di dalam historis hari kita. 

Kajian Online Ramadhan 2017
Oleh : Ustadz Luqman Abdurrahman S., M.Pd.I
Website : kumpulandoa-id.com

Bio Penulis : 




Nama            : Luqman Abdurrahman Shaleh
TTL               : Kab. Gunung Kidul, 02 Januari 1994
Alamat        : Jl. Mastrip Gg. Manggis No. 4 Kota 
                         Probolinggo 67239
No. HP         : 082338852322
Facebook : fb.com/luqi.abd

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :